Kamis, 16 Juni 2016

MEMBURU MATAHARI DANAU LOVE

Seperti berada di Planet Lain.


Sore itu terik matahari nampak mulai redup, sekitar pukul 4.00 sore waktu Indonesia Timur. Kegiatan pelatihan Softwert Keungan (Probas) yang sudah berlangsung selama tiga hari akan dihentikan, teman-teman staff Pt.PPMA dan YALI Papua yang sedang berada disitu sudah menyiapkan peralatan dan dirapikan ke dalam kantong (tas) masing-masing untuk meninggalkan kantor Pt.PPMA Papua yang beralamat di jalan Pramuka Buper Waena, Kota Jayapura itu sembari seakan menunggu tumpangan yang akan mengantarkan mereka pergi. Saya yang baru pulang bepergian, ketika sampai di situ, disamperin Kakak Habel, kepala kantor Pt.PPMA Papua agar segera pergi memesan kendaraan (mobil) untuk kami bepergian, entah arah dan tujuan dari percakapan itu saya tidak begitu mengerti. Saya hanya memutar motor yang sedang mengantar saya untuk menuju salah satu rental di waena. Ketika saya kembali ke kantor Pt.PPMA bersamaan mobil yang di kemudi sopir yang berambut gondrong. Mereka (kawan-kawan) sudah menunggu dengan wajah yang gembira, salah seorang dari beberapa staf itu adalah ‘Mba Yani, yang merupakan Pemateri dari Yayasan Satu Nama Jakarta. “Mba mobilnya sudah siap, kita berangkat” kata saya kepada Mba Yani yang kala itu sedang menunggu dengan memunggung sebuah tas gantung di tubuhnya. Suasana di depan kantor itupun dihiasi dengan potret-memotret antara staf Pt.PPMA, YALI, Ibu Naomi Marasian (Direktur Pt.PPMA) bersama Mba Yani yang akan meninggalkan kantor tersebut, sedang saya harus mengambil alih sebagai potografernya, yah namanya juga tugas saya disitu (Pt.PPMA), ketika selesai berpose antara kawan-kawan dan Mba Yani, kini saatnya kami menuju RUSH hitam yang parkir dihalaman kantor untuk berangkat, namun tidak satupun dari kami yang menentukan dengan jelas kemana kami akan pergi dengan mobil itu, tak lama kemudian di dalam mobil yang kepanasan karena AC nya mati, kami semua mengarahkan mata dan telinga pada Ka Maya yang berkata “Kita ke danau love” demikian bunyi suara itu datang dari Maya sembari melihat Mba Yani yang tak tahu apapun tentang danau love yang disebutkan itu. Begitu mobil kami bergerak tak terasa jam yang ada di ‘handphone’ saya sudah menunjukan pukul.16.23 sore.WIT. kamipun bergegas menuju arah danau love yang berjarak  ± 40 kilo meter dari kota Abepura.
Perjalanan menuju sebelah timur arah mata angin dari kota Jayapura yang harus kami tempuh kurang lebih 60 menit untuk mencapai dana love yang terletak di kampung Yokhiwa Distrik Sentani timur, Kabupaten Jayapura.
Di persinggahan jalan kami membeli makanan, minuman, kuliner, dan lain-lain untuk dimakan selama perjalanan. Mobil mulai bergerak meninggalkan keramaian kota, pemandangan yang tak terputus-putus kami jumpai yaitu danau sentani yang menawarkan pesonanya pada kami. “Sedikit lagi sampe kah ?” itu pertanyaan yang selalu saya dengar dari teman-teman juga Mba Yani selama kami belum sampai Danau Love yang menjadi tujuan..”ternyata Cuma saya yang tahu persis dimana danau love itu”.
foto Mba Yani, berlatar belakang Danau Love.
11/06/2016
Matahari yang mulai tenggelam disebelah barat seakan menambah kegelisahan di hati kami, sedang mobil yang kami tumpangi agak lambat lajunya. “Mas..mas bisa injak gas, biar kita cepat sampe “ kata  Agu (staf Pt.PPMA), sopir gondrong itu nampak tidak menghiraukan apa yang ada di pikiran dan hati kami, dia (sopir) hanya mengarahkan seluruh pandangan pada jalan yang banyak tikungan tajam dan aspal belubang itu. Melewati begitu banyak tikungan jalan dan bukit alang-alang kehijauan yang mengagumi pandangan mata kami. Di sebuah bukit di pinggiran danau sentani, mobil harus dihentikan “saya harus motret disini” kata Mba Yani sambil membuka pintu mobil sebelah kanan, posisi ia duduk.. “yah ternyata mobil dihentikan karena Mba Yani ingin turun untuk motret”, akhirnya kami semua turun untuk memotret pemandangan dan berpose bersama Mba Yani dengan background danau sentani yang indah.
Setelah itu kamipun kembali menaiki mobil dan melanjutkan perjalanan yang tinggal 30 kilo meter lagi. Dalam perjalanan, kegelisahan semakin menggila karena matahari sudah menyamarkan pandangan mata, awan orange yang biasa muncul ketika senja nampak seperti halilintar di langit. “aduh matahari jangan tenggelam dulu kah !” kata Tantree (staf Pt.PPMA) yang duduk bersamaan dengan saya di jok belakang. Tak lama kamipun memasuki perkampungan yang sudah di sebut namanya (meski belum dilihat) sewaktu kami masih di kota, yaitu kampung Yokhiwa.
Kampung Yokhiwa adalah kampung dimana masyarakat pemilik hak ulayat atas danau love yang indah ini. “belok kanan..belok kanan” perintah saya kepada sopir untuk mengarahkan mobil kearah jalan masuk menuju danau love yang berada sebelah kanan di kampung Yokhiwa. Matahari sore itu rupanya bersahabat dengan kami, ketika jam HP (handphone) saya menunjukan pukul 17.10 WIT, namun cahaya masih terlihat sedikit kesiangan, semangat kami semakin berkobar untuk melihat seperti apa danau love itu ?.
Ketika kami meninggalkan kampung Yokhiwa sekitar kurang lebih 6 km, terlihat  sebuah pos kecil dengan beberapa orang lelaki muda yang sedang berjaga-jaga. Mereka (kawan-kawan) di sadarkan dengan kalimat saya “ itu tempat retribusi, kita bayar uang 50 ribu rupiah (roda empat)” ternyata pos itu merupakan tempat retribusi untuk masyarakat setempat bagi setiap pengunjung yang hendak rekreasi atau wisata di danau love  baik lokal, nasional, maupun internasional.
Ketika melewati pos kecil itu, nampak perbukitan alang-alang hijau yang berbaris rapi bagaikan tembok-tembok istana yang mengelilingi sebuah danau yang sungguh indahnya. Rasa penasaran di hati kami semakin menjadi-jadi..apalagi Mba Yani yang keesokan hari harus pulang ke Jogja. Dari balik-balik bukit itu sedikit demi sedikit terlihat silaunya air danau ajaib itu yang terkena remangan cahaya senja. Mobil kami masih terus menuju mengelilingi danau love yang di nanti-nanti, matahari sudah hampir menghilang dan gelapnya malam mulai menutupi wilayah itu. “aduuh biar saya turun disini saja” kata Mba Yani yang semakin penasaran untuk bisa menginjak kedua kakinya di planet lain di bumi ini, menurutunya. Tak sampai tempat yang biasanya di jadikan sudut sempurna dari danau love untuk bisa mengabadikan bentuk love (hati) dari danau itu. Mba Yani yang semakin gelisa sudah turun dari mobil dan berjalan kaki dan di ikuti Ibu Ans (staf YALI), sedang kami yang lain masih harus berada di dalam mobil menuju sudut danau yang diminati setiap pengunjung danau indah ini, yaitu sudut yang terlihat jelas seperti bentuk hati manusia (love) tersebut.
Ketika kami turun dari mobil, pintu mobil dibuka dengan tergesa-gesa, saya dan kawan-kawan langsung berlari di pinggiran danau love, sambil motret-memotret diri kami. Kegelisahan dan kecemasan hati yang tadi begitu menutupi hati dan pikiran kami, kini hilang digantikan kegembiraan dan sukacita yang luar biasa. Setiap obyek foto kami, di latar belakangi danau love. Mba Yani masih melangkah dari tempat ia turun dan menuju tempat kami. “Mba Yani sini saya foto” kata saya. Mba Yani turut saja apa kata saya, pemandangan yang tak mungkin ia lewatkan seumur hidup ini terus ia abadikan, satu sampai lima petikan kamera terus saya arahkan pada Mba Yani, dengan tidak bosan-bosannya begitu juga ia terus mengubah gayanya dan tentu saja berlatar belakang Danau Love. “Kalau saya pulang terus di tanya..mba Yani..itu motonya (foto) dimana ?,,saya jawab ; ini di plalnet lain” begitu kesimpulan Mba Yani sambil mengumbar senyumnya dengan lebar.
Selama kurang lebih 30 menit kami berada di danau love, waktu pun sudah malam. Pemotretan kamera kami sudah tidak menunjukan hasil yang bagus, karena gelap malam sudah menutupi daerah itu, tak ada listrik, tak ada perumahan, memaksakan kami satu-persatu harus naik ke mobil untuk meninggalkan Danau ciptaan Tuhan yang Agung itu.

Hampir setiap hari danau love memiliki pengunjung yang banyak, mulai dari masyarakat local, turis domestic maupun mancanegara. Jalan menuju kawasan ini belum sepenuhnya baik, masih ada aspal berlubang, dan tikungan-tikungan tajam yang membahayakan. Namun hal ini bukan masalah, karena pemandangan alam Danau love sangat langkah. Itulah danau love sangat tren saat ini. Lihat saja setiap postingan pengguna media sosial baik facebook atau twiter, foto di danau love merupakan kebanggaan tersendiri bagi mereka.
Danau Love sering juga di jadikan tempat untuk mengambil foto pernikahan oleh masyarakat Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Keerom dan sekitarnya. yang hendak melakukan pernikahan. Keindahan alam danau love tak perlu diragukan lagi, anda siapapun yang berkunjung kesini pasti terkesan untuk kembali ke danau indah ini.
Terima kasih.


Julianus Yarisetou


(Staf Info Dok Pt.PPMA Papua)