Kamis, 19 November 2015

Pieter Dantru : Peran Pt.PPMA Papua, Nyata di Kabupaten Jayapura



Jayapura_Masyarakat Adat wilayah Tabi, khusus yang berada di wilayah administrasi Kabupaten Jayapura yang terdiri dari 9 Dewan Adat Suku, telah mengenal nama Perkumpulan terbatas untuk Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat Adat atau Pt.PPMA Papua sejak era tahun 90-an.


Sebelum berdirinya lembaga ini dengan  konsep pengkajian dan pemberdayaan masyarakat adat Papua, telah  dikembangkan sejak tahun 1988 dibawah Yayasan Kerjasama Pendidikan Hukum Masyarakat Irian Jaya (YKPHM-IRJA). Pt.PPMA Papua sudah menunjukan kepduliannya kepada masyarakat Papua, secara khusus di Kabupaten Jayapura.

Bpk. Pieter Dantru
 (Perwakilan Suku Elseng Kab. Jayapura)
Sebuah perjalanan ini medapat pujian dari para tokoh-tokoh adat di wilayah Kabupaten Jayapura, hal tersebut dikatakan Bapak Pieter Dantru seorang tokoh adat lembah grime, "

"Yah..Pertama kita menyampaikan terima kasih kepada Pt.PPMA Papua. Memang masyarakat adat pada umumnya (sebelum Pt.PPMA) ,mereka tidak tahu apa itu jatih diri, apa itu hak-hak adat. Tetapi dengan begitu gigihnya Pt.PPMA bekerja 20 tahun lalu, sehingga banyak masyarakat adat sudah mengerti dan membentuk lembaga-lembaga adat di tingkat kampung. kami melihat  Pt.PPMA tidak pernah mundur, tidak pernah tidak ada, tetap bekerja. 

salah satu hasilnya adalah saya yang tidak tahu saya bisa mengerti dan saya juga pernah menjadi ketua lembaga Dewan Persekutuan Masyarakat Adat (DPMA) selama satu periode, dan sekarang masih menjabat sebagai wakil ketua periode yang kedua. ini semua berkat kerja keras Pt.PPMA hingga sekarang.

 Kalau sekarang ada mencual-mencual (muncul) kampung adat dan segalanya ?, soal peran jatih diri , khususnya di Kabupaten Jayapuara itu sebenarnya tidak terlepas dari hasil-hasil  kerja dari Pt.PPMA yang sudah berjuang begitu rupa. 
Saya pernah katakan kepada  beberapa teman bahwa “tidak” Pt.PPMA adalah guru, dia yang mengajar kita mengerti barang barang ini (hak dan jatih diri) dan oleh sebab itu kita harus bersama-sama, walaupun kita berbaju lain tetapi kita harus selalu bermitra dalam kegiatan-kegiatan mereka (Pt.PPMA) kalau perlu kita harus selalu melibatkan diri, dan sebaliknya.

Pieter Dantru mengatakan kalau dirinya masih meragukan terbentuknya Dewan Adat Suku (DAS), menurutnya nama tersebut hanya di berikan dengan kepentingan Politik. " DAS sebenarnya seperti ada di dalam kepentingan politik begitu ada pemikiran bahwa suatu saat kalau Bupati Jayapura Bapak Mathius Awaitouw tidak menjadi Bupati lagi, pasti DAS ini kewalaan atau kehilangan jalan, kemana dia akan berlindung dan berbicara soal hak-hak dasar masyarakat. Dan ada teman-teman juga yang sudah mempunyai prediksi seperti itu"

Dalam upaya kedepan, Pieter Dantru berencana akan membentuk atau mengangkat kembali Dewan Peresekutuan Masyarakat Adat (DPMA) ELSENG agar tidak hilang identitasnya "ang  Kwansu M’rab, Tang Kreku dan Tang Dameidwen yang garis miringnya Elseng. Sekarang dengan program pemerintah saya coba angkat hal itu (Elseng) menjadi salah satu suku (sub).

Bapak Pieter mengatakan kalau tujuan dari membentuknya DPMA ELSENG tidak hanya kepantingan semata, tetapi bagaimana nilai-nilai keaslian suku ini (Elseng) bisa terjaga dan berkembang maju. tak lupa dengan semangatnya ia paparkan komitmenya ,akan menggandeng Pt.PPMA sebagai mitra  pendamping bagi daerahnya. hal ini menurut ia bahwa Pt.PPMA lah yang sudah mengetahui selak-beluk persoalan masyarakat adat di daerahnya.

"Saya berusaha bentuk DPMA ELSENG, maka tetap saya bekerja berdasarkan komitmen saya bahwa tidak ada LSM lain, "kecuali Pt.PPMA", yang tahu persis untuk bagaimana menggali dan mengangkat nilai-nilai dan system masyarakat adat, yaitu system yang sudah ada, kemudian nilai-nilai yang ada. Bahkan mungkin akan mengarah kepada bikin (buat) peraturan kampung, paraturan adat untuk melarang dan melindungi wilayah-wialah adat dan kampung-kampung adat, sementara masyarakat adat yang juga minum  mabuk segala. Itu sudah dalam dena pikiran saya. Dengan pertemuan hari ini, selama tiga hari (strategi planning) ini memberi saya semangat itu, memberi saya dorongan itu. Disaat saya pergi ke kampung dengan saya punya wadah kecil yang di kampung, saya akan mulai dari kampung sendiri./Red.

Silvester Wogan : Pt.PPMA Ada Dengan Isu Yang Sama

Silvester Wogan, SH
(Kadiv KPP Pt.PPMA Papua)
Jayapura_Pengalaman perjalanann Panjang   Pt.PPMA Papua,  mengalami berbagai dinamika, bahkan  secara institusi telah mengalami banyak perubahan dari waktu ke waktu. Lembaga ini telah mengalami tiga sampai empat kali perubahan dalam perjalanannya selama kurang lebih 27 tahun, begitu pula dari sisi manusianya.Hal ini di katakan SIlvester Wogan, SH, Kepala Divisi Kajian Pendidikan Publik  Pt.PPMA Papua.

Tetapi Ia menegaskan kalau  melihat isu yang dikerjakan  selama  ini oleh Pt.PPMA, yaitu satu, mengenai masyarakat adat. Isu itu masih dikawal dan dikerjakan sampai sekarang.

Dalam perjalanan lembaga  ini (Pt.PPMA), ada yang pergi dan ada yang datang, sehingga itu menjadi sebuah kenangan yang kami alami sendiri (internal). jadi ada yang pergi, ada yang datang, saya juga termasuk yang pernah keluar (dari Pt.PPMA). ada yang pergi terus dalam arti meninggalkan dunia ini (kematian), tapi ada yang tinggalkan tempat ini namun kembali lagi, tegas laki-laki 52 tahun ini..

Silvester mengatakan loyalitasnya  berada di Pt.PPMA Papua itu. hanya dilandasi semangat sama dengan teman-teman  dalam memperjuangkan nilai dan hak masyarakat adat (pribumi). 

"Hal ini punya suatu pemahaman ataupun sesuatu yang berbeda karena dasarnya bahwa “saya merasa  ini bagian dari diri saya yang membesarkan saya” dan isu akan tetap sama, walaupun dalam perjalanan itu sendiri, lembaga ini sering maju mundur ", tandas Mantan Anggota KPU Kabupaten Keerom ini./Red.

Adat Harus di Angkat Kembali ke Posisinya

John Yaku (Anggota Pengurus Pt.PPMA Papua)
Selama ini saya kalau lihat itu..nilai-nilai adat ini sudah mulai tergeser.jadi lembaga ini atau Pt. PPMA ini, harus fokus dengan tujuan yaitu dalam mengangkat hak dan martabat Masyarakat Adat. Jadi kalau kita pulang ke kampung dan melihat nilai-nilai adat itu sudah tergeser, jadi perlu kerja keras untuk kembali mengangkat jatih diri kita ke posisinya..supaya jangan hilang. Agar generasi kedepan itu bisa melihat. Kalau kita tidak lakukan hal itu, berarti kasihan untuk generasi kedepan nanti. 

Pt.PPMA Sudah Melakukan Penguatan Masyarakat Adat di Tanah Papua

 DR. Hans Kaiway (Akademisi UNCEN)

Jayapura_ Apresiasi yang datang dari seorang Akademisi Universitas Cenderawasih, DR. Hans Kaiway kepada Perkumpulan terbatas untuk Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat Adat (Pt.PPMA) Papua, ini disampaikan  ketika di temui pada saat penutupan RUA di hotel metta star waena, Jayapura 28 Juni lalu.

Pt.PPMA sudah melakukan kerja-kerja dalam rangka pengembangan dan penguatan  masyarakat adat cukup lama. Akhir-akhir ini kita dapati bahwa Negara sepertinya sudah mulai atau baru mulai menyadari, sehingga penguatan yang di lakukan oleh Pt.PPMA ini akan mendapatkan tempat yang semakin layak, karena contoh yang bisa saya sebutkan disini, yaitu ketika undang-undang desa dikeluarkan itu  ada bagian yang mengatur tentang Kampung Adat atau desa Adat, kemudian juga ketika orang mulai berbicara tentang bagaimana seharusnya penguasaan dan kepemilikan sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat hukum adat itu dilindungi oleh undang-undang, maka sekarang juga sebenarnya pemerintah sedang menyiapkan rancangan undang-undang (RUU) untuk memberikan pengakuan dan perlindungan terhadap masyarakat hukum adat. Saya pikir sekarang ini kita akan selalu memberikan dukungan dan kerja-kerja yang semakin konkrit lagi dan apa yang sudah dikerjakan oleh Pt.PPMA dalam rangka mendorong hal-hal yang terkait dengan perlindungan dan pemberdayaan masyarakat hukum adat ini perlu dilakukan dengan satu rencana yang strategis sebagaimana sudah dilakukan sekarang, sehingga kedepan masyarakat hukum adat yang di tanah Papua ini akan medapatkan tempat yang layak ditengah-tengah dinamika dan proses pembaruan serta pembangunan yang sedang terjadi./(Red).

Papua Mempunyai Aset Perempuan yang sangat Besar

Bu Dahniar
Direktur Eksekutif  HuMa
Jayapura_ Setelah mengikuti kegiatan Strategis Planning dan Rapat Umum Anggota (RUA) Perkumpulan terbatas untuk Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat Adat (Pt.PPMA) Papua. Rupanya membawa alur pikir tersendiri bagi Dahniar, direktur Eksekutif HuMa. Ibu Dahniar mengatakan bahwa dalam kegiatan yang diikutinya selama kurang lebih 3 hari ini, ia melihat semangat dari perempuan Papua yang turut berpartisipasi dalam dunia LSM. Ia menambahkan bahwa apa yang dilakukan oleh Pt.PPMA saat ini juga pernah dilalui oleh lembaga yang dipimpinnya saat ini.

 Jadi awalnya terbentuknya HUMA itu juga dari kerja—kerja lapangan yang dilakukan oleh teman-teman dan ada program-program yang direncanakan, makanya saya katakan ini ibaratnya seperti kita menemui saudara yang sudah lama tidak kelihatan, untuk diajak kembali . dan yang kedua yaitu soal harapan..yah..proses ini (strategic Planning), menarik bagi saya..begini..! dalam 2 (dua) hari yang telah kami ikuti disini, teman-teman semua terlibat secara aktif dalam pembagian diskusi besar maupun diskusi-diskusi kelompok untuk meceritakan apa yang dia alami, kemudian berbagi pengalaman dan pengetahuan.  

Yang sangat menarik adalah keterlibatan perempuan, apalagi Ibu Naomi pernah berkata kepada saya bahwa populasi perempuan Papua jauh lebih besar dibandingkan dengan laki-laki, bisa dibayangkan bahwa Papua mempunyai asset perempuan yang sangat besar, katanya kepada redaksi Pt.PPMA pada kegiatan Strategic Planning & Rapat Umum Anggota di Hotel Metta Star, Kota Jayapura.(27/06).

Menurut Dahniar  perempuan-perempuan  Papua (yang hadir/red) mengambil peran yang cukup positif dengan memberikan kontribusi, baik itu pernyataan, menyumbangkan pendapatnya, bahkan mengambil keputusan dalam proses ini. .".itu sudah sangat-sangat luar biasa.
di tambahkan pula saat ini Pt.PPMA memiliki Visi & Misi yang baru dengan penambahaan satu divisi yang secara khusus membidangi Perempuan Adat " ada di visi dan misi lembaga “sangat jarang saya temukan ada laki-laki dan perempuan dalam visi-misinya”."

kemudian yang berikutnya harapan buat teman-teman Pt.PPMA.! RENSRA itu adalah satu bagian saja untuk menuju mimpi yang lebih besar,,jadi..setelah ini, kita sama-sama pastikan  bahwa apa yang kita rancang dengan sebuah jalan menuju mimpi itu bisa terlaksana dengan baik…terlaksana dalam arti kritik yang terjadi dalam proses planning itu jangan diabaikan, tetapi tetap harus dipertimbangkan, kemudian harus punya karakter yang khas..(ciri khas seperti apa.??).jadi apapuan perubahan yang akan terjadi diluar sana tetap direspon tapi tidak kehilangan identitasnya, jangan sampai dia berubah karena tuntutan-tuntutan yang kadangkala tidak prinsip yah. tutupnya. 


Kesejahteraan Mama Papua Belum Sepenuhnya Terpenuhi

Seorang Mama, sedang berjualan di Pasar Remu, Kota Sorong,
Papua Barat
Sorong Papua Barat_ Setelah Lahirnya Undang-undang No.21 tahun 2001 tentang Otonomi khusus bagi Provinsi Papua sebagai bentuk penyelesaian dari berbagai gejolak konflik politik kala itu yang terjadi di tanah air. 
sebagai sebuah tindakan nyata, kepedulian Negara Republik Indonesia kepada rakyat Papua. UU Otsus diharapkan mampu membuang jauh-jauh pradigma buruk Orang Asli Papua terhadap Negara. Dengan hal tersebut masyarakat bumi cenderawasih ini bisa menentukan arah dan tujuan pembangunan sesuai dengan sistemnya sendiri.
Dalam penyelenggaraan Otonomi Khusus  (OTSUS) selama kurang lebih 14 (empat belas) tahun, Terdapat berbagai dinamika sosial, politik, dan ekonomi yang masih simpang siur hingga hari ini.
kesenjangan ekonomi masih menjadi mimipi buruk bagi perempuan Papua. hal ini  dimulai dari kurangnya perhatian Pemerintah, kualitas pendidikan yang masih minim, ketersediaan pasar yang tidak layak, dll. sehingga perempuan Papua masih sulit menempatkan posisinya dalam tingkatan taraf hidup yang baik.
Perempuan Papua sampai hari ini masih menjadi anak tiri yang di abaikan haknya. salah satunya adalah ketika melihat keberadaannya di pasar-pasar tradisional. “Kami selalu di usir-usir kesana-kemari dari pasar bosuesen sehingga hari ini kami harus lebih jauh datang ke pasar remu untuk berjualan” demikian kata salah satu mama yang ditemui di pasar Remu Kota Sorong Papua Barat.


Julianus Yarisetou 

Strategic Planning & Rapat Umum Anggota (RUA) Pt.PPMA Papua tahun 2015



Pengurus  ketika membuka jalannya
kegiatan Strategic Planning & Rapat Umum Anggota
Pt.PPMA tahun 2015
Jayapura_ , berdasarkan kinerja selama lima tahun atau periode sebelumnya telah menghabiskan waktu, tenaga, pikiran serta program-program kerja  melalui isu-isu tentang masyarakat adat di tanah papua, untuk itu tahun 2015 sebagai akhir pelaksanaan program kerja lima tahun maka, Pt.PPMA Papua melakukan Strategic Planning dan juga Rapat Umum Anggota sebagai forum keputusan tertinggi lembaga Pt.PPMA untuk merumuskan kembali setiap kebijakan dan pogram-program kerja lima tahun mendatang.

Strategic Planning atau Rencana Strategis dan Rapat Umum Anggota yang di lakukan Pt.PPMA Papua dengan tema "Penyusunan Program Kerja Pt.PPMA Papua Melalui Isu-isu Strategis di Tanah Papua" dlaksanakan pada tanggal 25 -30 Juni 2015 bertempat di Hotel Metta Star Waena, Jayapura.
Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan instansi Pemerintah Daerah Provinsi Papua, Kabupaten Jayapura, LSM yang berada di Papua dan di luar Papua, Masyarakat Adat, serta para stake holder di tanah Papua. Peserta yang hadir pada kegiatan tersebut, turut memberikan tanggapan, serta gagasan dalam penyusunan porgram kerja Pt.PPMA Papua selama lima tahun kedepan.

Dalam kegiatan ini, pihak Pt.PPMA Papua  menyampaikan terima kasih kepada seluruh tamu undangan, dan  simpatisan yang telah meluangkan waktu  hadir dalam kegiatan tersebut

" Pt.PPMA itu tidak sendiri, dia ada bersama dengan semua saudara-saudara, komunitas-komunitas adat di seluruh tanah Papua, Kita ada karena mereka (masyarakat/red) dan juga kita tidak mungkin buat sesuatu tanpa mereka, karena itu perwakilan yang hari ini datang, selama tiga hari bersama dengan kita disini (strategic planning) dan mencoba merumuskan sesuatu bersama kami, saya sebagai pendiri dan pengurus, menyampaikan terima kasih banyak, karena kontribusimu  itu sangat besar untuk kemajuan lembaga ini (Pt.PPMA) " kata Zadrak Wamebu,SH.MM pendiri sekaligus Ketua Badan Pengurus  Pt.PPMA Papua di sela-sela kegiatan yang berlangsung di Hotel Metta Star Waena, Kota Jayapura.
Perjuangan Masyarakat Adat saat ini dimulai dari suatu proses perjalanan panjang yang kemudian di
finalkan oleh Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN). hingga hari ini kita semua sebagai masyararakat adat bisa diberikan ruang yang lebih baik,, jelas mantan wakil bupati Jayapura tersebut.