Kamis, 16 Juni 2016

MEMBURU MATAHARI DANAU LOVE

Seperti berada di Planet Lain.


Sore itu terik matahari nampak mulai redup, sekitar pukul 4.00 sore waktu Indonesia Timur. Kegiatan pelatihan Softwert Keungan (Probas) yang sudah berlangsung selama tiga hari akan dihentikan, teman-teman staff Pt.PPMA dan YALI Papua yang sedang berada disitu sudah menyiapkan peralatan dan dirapikan ke dalam kantong (tas) masing-masing untuk meninggalkan kantor Pt.PPMA Papua yang beralamat di jalan Pramuka Buper Waena, Kota Jayapura itu sembari seakan menunggu tumpangan yang akan mengantarkan mereka pergi. Saya yang baru pulang bepergian, ketika sampai di situ, disamperin Kakak Habel, kepala kantor Pt.PPMA Papua agar segera pergi memesan kendaraan (mobil) untuk kami bepergian, entah arah dan tujuan dari percakapan itu saya tidak begitu mengerti. Saya hanya memutar motor yang sedang mengantar saya untuk menuju salah satu rental di waena. Ketika saya kembali ke kantor Pt.PPMA bersamaan mobil yang di kemudi sopir yang berambut gondrong. Mereka (kawan-kawan) sudah menunggu dengan wajah yang gembira, salah seorang dari beberapa staf itu adalah ‘Mba Yani, yang merupakan Pemateri dari Yayasan Satu Nama Jakarta. “Mba mobilnya sudah siap, kita berangkat” kata saya kepada Mba Yani yang kala itu sedang menunggu dengan memunggung sebuah tas gantung di tubuhnya. Suasana di depan kantor itupun dihiasi dengan potret-memotret antara staf Pt.PPMA, YALI, Ibu Naomi Marasian (Direktur Pt.PPMA) bersama Mba Yani yang akan meninggalkan kantor tersebut, sedang saya harus mengambil alih sebagai potografernya, yah namanya juga tugas saya disitu (Pt.PPMA), ketika selesai berpose antara kawan-kawan dan Mba Yani, kini saatnya kami menuju RUSH hitam yang parkir dihalaman kantor untuk berangkat, namun tidak satupun dari kami yang menentukan dengan jelas kemana kami akan pergi dengan mobil itu, tak lama kemudian di dalam mobil yang kepanasan karena AC nya mati, kami semua mengarahkan mata dan telinga pada Ka Maya yang berkata “Kita ke danau love” demikian bunyi suara itu datang dari Maya sembari melihat Mba Yani yang tak tahu apapun tentang danau love yang disebutkan itu. Begitu mobil kami bergerak tak terasa jam yang ada di ‘handphone’ saya sudah menunjukan pukul.16.23 sore.WIT. kamipun bergegas menuju arah danau love yang berjarak  ± 40 kilo meter dari kota Abepura.
Perjalanan menuju sebelah timur arah mata angin dari kota Jayapura yang harus kami tempuh kurang lebih 60 menit untuk mencapai dana love yang terletak di kampung Yokhiwa Distrik Sentani timur, Kabupaten Jayapura.
Di persinggahan jalan kami membeli makanan, minuman, kuliner, dan lain-lain untuk dimakan selama perjalanan. Mobil mulai bergerak meninggalkan keramaian kota, pemandangan yang tak terputus-putus kami jumpai yaitu danau sentani yang menawarkan pesonanya pada kami. “Sedikit lagi sampe kah ?” itu pertanyaan yang selalu saya dengar dari teman-teman juga Mba Yani selama kami belum sampai Danau Love yang menjadi tujuan..”ternyata Cuma saya yang tahu persis dimana danau love itu”.
foto Mba Yani, berlatar belakang Danau Love.
11/06/2016
Matahari yang mulai tenggelam disebelah barat seakan menambah kegelisahan di hati kami, sedang mobil yang kami tumpangi agak lambat lajunya. “Mas..mas bisa injak gas, biar kita cepat sampe “ kata  Agu (staf Pt.PPMA), sopir gondrong itu nampak tidak menghiraukan apa yang ada di pikiran dan hati kami, dia (sopir) hanya mengarahkan seluruh pandangan pada jalan yang banyak tikungan tajam dan aspal belubang itu. Melewati begitu banyak tikungan jalan dan bukit alang-alang kehijauan yang mengagumi pandangan mata kami. Di sebuah bukit di pinggiran danau sentani, mobil harus dihentikan “saya harus motret disini” kata Mba Yani sambil membuka pintu mobil sebelah kanan, posisi ia duduk.. “yah ternyata mobil dihentikan karena Mba Yani ingin turun untuk motret”, akhirnya kami semua turun untuk memotret pemandangan dan berpose bersama Mba Yani dengan background danau sentani yang indah.
Setelah itu kamipun kembali menaiki mobil dan melanjutkan perjalanan yang tinggal 30 kilo meter lagi. Dalam perjalanan, kegelisahan semakin menggila karena matahari sudah menyamarkan pandangan mata, awan orange yang biasa muncul ketika senja nampak seperti halilintar di langit. “aduh matahari jangan tenggelam dulu kah !” kata Tantree (staf Pt.PPMA) yang duduk bersamaan dengan saya di jok belakang. Tak lama kamipun memasuki perkampungan yang sudah di sebut namanya (meski belum dilihat) sewaktu kami masih di kota, yaitu kampung Yokhiwa.
Kampung Yokhiwa adalah kampung dimana masyarakat pemilik hak ulayat atas danau love yang indah ini. “belok kanan..belok kanan” perintah saya kepada sopir untuk mengarahkan mobil kearah jalan masuk menuju danau love yang berada sebelah kanan di kampung Yokhiwa. Matahari sore itu rupanya bersahabat dengan kami, ketika jam HP (handphone) saya menunjukan pukul 17.10 WIT, namun cahaya masih terlihat sedikit kesiangan, semangat kami semakin berkobar untuk melihat seperti apa danau love itu ?.
Ketika kami meninggalkan kampung Yokhiwa sekitar kurang lebih 6 km, terlihat  sebuah pos kecil dengan beberapa orang lelaki muda yang sedang berjaga-jaga. Mereka (kawan-kawan) di sadarkan dengan kalimat saya “ itu tempat retribusi, kita bayar uang 50 ribu rupiah (roda empat)” ternyata pos itu merupakan tempat retribusi untuk masyarakat setempat bagi setiap pengunjung yang hendak rekreasi atau wisata di danau love  baik lokal, nasional, maupun internasional.
Ketika melewati pos kecil itu, nampak perbukitan alang-alang hijau yang berbaris rapi bagaikan tembok-tembok istana yang mengelilingi sebuah danau yang sungguh indahnya. Rasa penasaran di hati kami semakin menjadi-jadi..apalagi Mba Yani yang keesokan hari harus pulang ke Jogja. Dari balik-balik bukit itu sedikit demi sedikit terlihat silaunya air danau ajaib itu yang terkena remangan cahaya senja. Mobil kami masih terus menuju mengelilingi danau love yang di nanti-nanti, matahari sudah hampir menghilang dan gelapnya malam mulai menutupi wilayah itu. “aduuh biar saya turun disini saja” kata Mba Yani yang semakin penasaran untuk bisa menginjak kedua kakinya di planet lain di bumi ini, menurutunya. Tak sampai tempat yang biasanya di jadikan sudut sempurna dari danau love untuk bisa mengabadikan bentuk love (hati) dari danau itu. Mba Yani yang semakin gelisa sudah turun dari mobil dan berjalan kaki dan di ikuti Ibu Ans (staf YALI), sedang kami yang lain masih harus berada di dalam mobil menuju sudut danau yang diminati setiap pengunjung danau indah ini, yaitu sudut yang terlihat jelas seperti bentuk hati manusia (love) tersebut.
Ketika kami turun dari mobil, pintu mobil dibuka dengan tergesa-gesa, saya dan kawan-kawan langsung berlari di pinggiran danau love, sambil motret-memotret diri kami. Kegelisahan dan kecemasan hati yang tadi begitu menutupi hati dan pikiran kami, kini hilang digantikan kegembiraan dan sukacita yang luar biasa. Setiap obyek foto kami, di latar belakangi danau love. Mba Yani masih melangkah dari tempat ia turun dan menuju tempat kami. “Mba Yani sini saya foto” kata saya. Mba Yani turut saja apa kata saya, pemandangan yang tak mungkin ia lewatkan seumur hidup ini terus ia abadikan, satu sampai lima petikan kamera terus saya arahkan pada Mba Yani, dengan tidak bosan-bosannya begitu juga ia terus mengubah gayanya dan tentu saja berlatar belakang Danau Love. “Kalau saya pulang terus di tanya..mba Yani..itu motonya (foto) dimana ?,,saya jawab ; ini di plalnet lain” begitu kesimpulan Mba Yani sambil mengumbar senyumnya dengan lebar.
Selama kurang lebih 30 menit kami berada di danau love, waktu pun sudah malam. Pemotretan kamera kami sudah tidak menunjukan hasil yang bagus, karena gelap malam sudah menutupi daerah itu, tak ada listrik, tak ada perumahan, memaksakan kami satu-persatu harus naik ke mobil untuk meninggalkan Danau ciptaan Tuhan yang Agung itu.

Hampir setiap hari danau love memiliki pengunjung yang banyak, mulai dari masyarakat local, turis domestic maupun mancanegara. Jalan menuju kawasan ini belum sepenuhnya baik, masih ada aspal berlubang, dan tikungan-tikungan tajam yang membahayakan. Namun hal ini bukan masalah, karena pemandangan alam Danau love sangat langkah. Itulah danau love sangat tren saat ini. Lihat saja setiap postingan pengguna media sosial baik facebook atau twiter, foto di danau love merupakan kebanggaan tersendiri bagi mereka.
Danau Love sering juga di jadikan tempat untuk mengambil foto pernikahan oleh masyarakat Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Keerom dan sekitarnya. yang hendak melakukan pernikahan. Keindahan alam danau love tak perlu diragukan lagi, anda siapapun yang berkunjung kesini pasti terkesan untuk kembali ke danau indah ini.
Terima kasih.


Julianus Yarisetou


(Staf Info Dok Pt.PPMA Papua)

Rabu, 01 Juni 2016

KAMPUNG ADAT
 WUJUD PENGEMBALIAN YANG HARUS DI REALISASIKAN

Naomi Marasian,SE
Direktur Eksekutif Pt.PPMA-Papua
Jayapura_Bertempat di Ratna Indah Hotel Sentani, Perkumpulan terbatas untuk Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat Adat (Pt.PPMA) Papua sebagai salah satu lembaga non pemerintah yang aktif dalam mengawal isu Masyarakat Adat. Sebagai ikon yang kali ini di galang oleh Pt.PPMA adalah tentang Penataan dan Implementasi Kampung Adat yang di canangkan di Kabupaten Jayapura melalui ”Seminar & Lokakarya Penataan Dan Implementasi Kampung Adat Di Tanah Papua” yang di selenggarakan atas dukungan Samdhana Institute Bogor dan Jaringan Kerja Pemetaan Partisispatif (JKPP).
Tujuan di selenggarakan kegiatan tersebut adalah menindak lanjuti UU No.06.Tahun 2014 tentang Desa Asli/Adat, dan juga Surat Keputusan Bupati Jayapura No.319 tentang Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Adat di 9 (Sembilan) komunitas di kabupaten jayapura dan No.320.tentang Pembentukan Kampung Adat.
Menurut Direktur Eksekutif Pt.PPMA Naomi Marasian, SE “ Kampung Adat yang di canangkan di Kabupaten Jayapura adalah kebijakan konstruktif dan sangat berpihak kepada masyarakat adat  yang secara historis masyarakat pemilik tanah hutan, dan Sumber Daya Alam di kabupaten jayapura. Untuk itu dengan terselenggaranya kegiatan ini, diharapkan adanya output  yang dapat menggambarkan secara jelas seperti apa kampung adat itu ? “yang sangat kita harapkan yaitu akan lahirnya rekomendasi-rekomendasi penting termasuk salah satunya adalah model dan sistem untuk mengimplementasikan kampung adat di Kabupaten Jayapura.
Kegiatan Seminar & Lokakarya Penataan dan Implementasi Kampung Adat di Tanah Papua di selenggarakan pada tanggal 1-2 Juni 2016. Dengan menghadirkan beberapa narasumber terpercaya, Denny Rahadian (JKPP), Mahir (AMAN), Didit (BRWA). Peserta yang hadir terdiri dari BPMPK Propinsi Papua, BAPPEDA Kab.Jayapura, BPMPK Kab.Jayapura, LSM, Masyarakat Adat dari 9 (Sembilan) Komunitas Adat di kabupaten Jayapura.



Minggu, 22 November 2015

Berkaca dari Kondisi Masyarakat Adat Merauke

Magdalena Okoseray, SH
Kadiv Perempuan Adat Pt.PPMA Papua
Jayapura_Masyarakat Papua, selama ini belum sepenuhnya berada di tingkat kesejahteraan hidup yang layak, hal ini lebih cenderung untuk Orang Asli Papua yang berada di sebagian daerah belum terjangkau. Transmigrasi juga merupakan faktor lambatnya pertumbuhan ekonomi OAP di tanahnya sendiri. Salah satu yang masih menjadi kenyataan adalah ketika melihat kondisi di Merauke yang notabene suku-suku atau masyarakat asli setempat kurang mendapat ruang yang cukup.

Kondisi ini di cermati langsung oleh Magdalena Okoseray, Kepala Divisi Perempuan Adat, Pt.PPMA Papua. Menurut Magdalena Ia merasa tidak nyaman dengan kondisi yang diamatinya di Merauke.       " Kalau di merauke itu memang saya sangat merasa tersiksa sekali dengan keadaan merauke yang seperti begitu. Saya melihat masyarakat adat yang disana itu.! ..yah..mau dikatakan miskin..iyah.! “misikin memang” dan ada yang harus mati di atas tanah mereka sendiri..seperti itu. Dan untuk merauke sendiri, kalau kita jalan, menginjakan kaki di kota merauke, kita mau dapat (melihat) orang papua di sana itu susah, khususnya didalam kota merauke. Mungkin kalau kita jalan ke pinggiran-pinggiran kota sana baru kita bisa dapat (melihat) Orang Merauke (OAP) dan itu fakta. ujarnya pada saat mengikuti Strategic Planning & Rapat Umum Anggota Pt.PPMA Papua beberapa waktu lalu.

Magdalena berharap ada perhatian dari pihak pemerintah daerah maupun berbagai pihak yang peduli akan hal ini. ditambahkannya lagi kepada Pt.PPMA Papua untuk bisa membuka sayapnya lebih luas ke pelosok Tanah Papua yang terbagi dalam 7 Wilayah Adat.

"Solusi untuk kedepannya itu Pt.PPMA bisa turun secara langsung dan bisa mengorganisir masyarakat disana (merauke), Pt.PPMA lebih mengembangkan sayapnya sehingga kita punya saudara-saudara yang ada di MARIN sana bisa tertolong. Layaknya seperti yang ada di Kabupaten Jayapura agar mereka semua bisa sama".

Dirinya mengatakan kalau di Merauke ia telah memperkenalkan Pt.PPMA Papua kepada para tokoh adt dan masyarakat di suku Marin dan menjadikan rumahnya tempat diskusi.
" sewaktu saya disana (merauke)..saya ingin memperkenalkan Pt.PPMA itu melalui buletin. Buletin-buletin yang saya selalu datang ke Jayapura kemudian ambil dalam jumlah yang sebanyak-banyaknya dan saya bagikan kepada mereka, supaya mereka bisa tahu bagaimana mereka punya hak. Jadi saya punya rumah itu dijadikan tempat untuk diskusi, ada bapak-bapak lain yang sudah bisa, akan tetapi mereka masih kurang keberanian untuk bisa mengorganisir yang lain". 

Dalam Strategic Planning Pt.PPMA Papua yang berlangsung di hotel metta star waena tanggal 25-30 Juni 2015, Pt.PPMA Papua merumuskan salah satu program strategis yaitu "Penguatan Masyarakat Adat".menurut Magdalena Okoseray program ini akan menyentuh apa yang dia rasakan ketika di Merauke"Karena sudah ada yang mengungkapkan dan ada yang sudah bisa membantu saya untuk  bisa bagaimana mendiskusikan tentang persoalan mereka yang ada di merauke sana terkait dengan investasi yang masuk kesana, salah satunya adalah MIFE yang sangat tidak manusiawi dan sama sekali tidak menghargai manusia MARIN yang ada disana, sehingga saya berpikir dan sangat berterima kasih kepada Pt.PPMA Papua./Red.

Kamis, 19 November 2015

Pieter Dantru : Peran Pt.PPMA Papua, Nyata di Kabupaten Jayapura



Jayapura_Masyarakat Adat wilayah Tabi, khusus yang berada di wilayah administrasi Kabupaten Jayapura yang terdiri dari 9 Dewan Adat Suku, telah mengenal nama Perkumpulan terbatas untuk Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat Adat atau Pt.PPMA Papua sejak era tahun 90-an.


Sebelum berdirinya lembaga ini dengan  konsep pengkajian dan pemberdayaan masyarakat adat Papua, telah  dikembangkan sejak tahun 1988 dibawah Yayasan Kerjasama Pendidikan Hukum Masyarakat Irian Jaya (YKPHM-IRJA). Pt.PPMA Papua sudah menunjukan kepduliannya kepada masyarakat Papua, secara khusus di Kabupaten Jayapura.

Bpk. Pieter Dantru
 (Perwakilan Suku Elseng Kab. Jayapura)
Sebuah perjalanan ini medapat pujian dari para tokoh-tokoh adat di wilayah Kabupaten Jayapura, hal tersebut dikatakan Bapak Pieter Dantru seorang tokoh adat lembah grime, "

"Yah..Pertama kita menyampaikan terima kasih kepada Pt.PPMA Papua. Memang masyarakat adat pada umumnya (sebelum Pt.PPMA) ,mereka tidak tahu apa itu jatih diri, apa itu hak-hak adat. Tetapi dengan begitu gigihnya Pt.PPMA bekerja 20 tahun lalu, sehingga banyak masyarakat adat sudah mengerti dan membentuk lembaga-lembaga adat di tingkat kampung. kami melihat  Pt.PPMA tidak pernah mundur, tidak pernah tidak ada, tetap bekerja. 

salah satu hasilnya adalah saya yang tidak tahu saya bisa mengerti dan saya juga pernah menjadi ketua lembaga Dewan Persekutuan Masyarakat Adat (DPMA) selama satu periode, dan sekarang masih menjabat sebagai wakil ketua periode yang kedua. ini semua berkat kerja keras Pt.PPMA hingga sekarang.

 Kalau sekarang ada mencual-mencual (muncul) kampung adat dan segalanya ?, soal peran jatih diri , khususnya di Kabupaten Jayapuara itu sebenarnya tidak terlepas dari hasil-hasil  kerja dari Pt.PPMA yang sudah berjuang begitu rupa. 
Saya pernah katakan kepada  beberapa teman bahwa “tidak” Pt.PPMA adalah guru, dia yang mengajar kita mengerti barang barang ini (hak dan jatih diri) dan oleh sebab itu kita harus bersama-sama, walaupun kita berbaju lain tetapi kita harus selalu bermitra dalam kegiatan-kegiatan mereka (Pt.PPMA) kalau perlu kita harus selalu melibatkan diri, dan sebaliknya.

Pieter Dantru mengatakan kalau dirinya masih meragukan terbentuknya Dewan Adat Suku (DAS), menurutnya nama tersebut hanya di berikan dengan kepentingan Politik. " DAS sebenarnya seperti ada di dalam kepentingan politik begitu ada pemikiran bahwa suatu saat kalau Bupati Jayapura Bapak Mathius Awaitouw tidak menjadi Bupati lagi, pasti DAS ini kewalaan atau kehilangan jalan, kemana dia akan berlindung dan berbicara soal hak-hak dasar masyarakat. Dan ada teman-teman juga yang sudah mempunyai prediksi seperti itu"

Dalam upaya kedepan, Pieter Dantru berencana akan membentuk atau mengangkat kembali Dewan Peresekutuan Masyarakat Adat (DPMA) ELSENG agar tidak hilang identitasnya "ang  Kwansu M’rab, Tang Kreku dan Tang Dameidwen yang garis miringnya Elseng. Sekarang dengan program pemerintah saya coba angkat hal itu (Elseng) menjadi salah satu suku (sub).

Bapak Pieter mengatakan kalau tujuan dari membentuknya DPMA ELSENG tidak hanya kepantingan semata, tetapi bagaimana nilai-nilai keaslian suku ini (Elseng) bisa terjaga dan berkembang maju. tak lupa dengan semangatnya ia paparkan komitmenya ,akan menggandeng Pt.PPMA sebagai mitra  pendamping bagi daerahnya. hal ini menurut ia bahwa Pt.PPMA lah yang sudah mengetahui selak-beluk persoalan masyarakat adat di daerahnya.

"Saya berusaha bentuk DPMA ELSENG, maka tetap saya bekerja berdasarkan komitmen saya bahwa tidak ada LSM lain, "kecuali Pt.PPMA", yang tahu persis untuk bagaimana menggali dan mengangkat nilai-nilai dan system masyarakat adat, yaitu system yang sudah ada, kemudian nilai-nilai yang ada. Bahkan mungkin akan mengarah kepada bikin (buat) peraturan kampung, paraturan adat untuk melarang dan melindungi wilayah-wialah adat dan kampung-kampung adat, sementara masyarakat adat yang juga minum  mabuk segala. Itu sudah dalam dena pikiran saya. Dengan pertemuan hari ini, selama tiga hari (strategi planning) ini memberi saya semangat itu, memberi saya dorongan itu. Disaat saya pergi ke kampung dengan saya punya wadah kecil yang di kampung, saya akan mulai dari kampung sendiri./Red.

Silvester Wogan : Pt.PPMA Ada Dengan Isu Yang Sama

Silvester Wogan, SH
(Kadiv KPP Pt.PPMA Papua)
Jayapura_Pengalaman perjalanann Panjang   Pt.PPMA Papua,  mengalami berbagai dinamika, bahkan  secara institusi telah mengalami banyak perubahan dari waktu ke waktu. Lembaga ini telah mengalami tiga sampai empat kali perubahan dalam perjalanannya selama kurang lebih 27 tahun, begitu pula dari sisi manusianya.Hal ini di katakan SIlvester Wogan, SH, Kepala Divisi Kajian Pendidikan Publik  Pt.PPMA Papua.

Tetapi Ia menegaskan kalau  melihat isu yang dikerjakan  selama  ini oleh Pt.PPMA, yaitu satu, mengenai masyarakat adat. Isu itu masih dikawal dan dikerjakan sampai sekarang.

Dalam perjalanan lembaga  ini (Pt.PPMA), ada yang pergi dan ada yang datang, sehingga itu menjadi sebuah kenangan yang kami alami sendiri (internal). jadi ada yang pergi, ada yang datang, saya juga termasuk yang pernah keluar (dari Pt.PPMA). ada yang pergi terus dalam arti meninggalkan dunia ini (kematian), tapi ada yang tinggalkan tempat ini namun kembali lagi, tegas laki-laki 52 tahun ini..

Silvester mengatakan loyalitasnya  berada di Pt.PPMA Papua itu. hanya dilandasi semangat sama dengan teman-teman  dalam memperjuangkan nilai dan hak masyarakat adat (pribumi). 

"Hal ini punya suatu pemahaman ataupun sesuatu yang berbeda karena dasarnya bahwa “saya merasa  ini bagian dari diri saya yang membesarkan saya” dan isu akan tetap sama, walaupun dalam perjalanan itu sendiri, lembaga ini sering maju mundur ", tandas Mantan Anggota KPU Kabupaten Keerom ini./Red.

Adat Harus di Angkat Kembali ke Posisinya

John Yaku (Anggota Pengurus Pt.PPMA Papua)
Selama ini saya kalau lihat itu..nilai-nilai adat ini sudah mulai tergeser.jadi lembaga ini atau Pt. PPMA ini, harus fokus dengan tujuan yaitu dalam mengangkat hak dan martabat Masyarakat Adat. Jadi kalau kita pulang ke kampung dan melihat nilai-nilai adat itu sudah tergeser, jadi perlu kerja keras untuk kembali mengangkat jatih diri kita ke posisinya..supaya jangan hilang. Agar generasi kedepan itu bisa melihat. Kalau kita tidak lakukan hal itu, berarti kasihan untuk generasi kedepan nanti. 

Pt.PPMA Sudah Melakukan Penguatan Masyarakat Adat di Tanah Papua

 DR. Hans Kaiway (Akademisi UNCEN)

Jayapura_ Apresiasi yang datang dari seorang Akademisi Universitas Cenderawasih, DR. Hans Kaiway kepada Perkumpulan terbatas untuk Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat Adat (Pt.PPMA) Papua, ini disampaikan  ketika di temui pada saat penutupan RUA di hotel metta star waena, Jayapura 28 Juni lalu.

Pt.PPMA sudah melakukan kerja-kerja dalam rangka pengembangan dan penguatan  masyarakat adat cukup lama. Akhir-akhir ini kita dapati bahwa Negara sepertinya sudah mulai atau baru mulai menyadari, sehingga penguatan yang di lakukan oleh Pt.PPMA ini akan mendapatkan tempat yang semakin layak, karena contoh yang bisa saya sebutkan disini, yaitu ketika undang-undang desa dikeluarkan itu  ada bagian yang mengatur tentang Kampung Adat atau desa Adat, kemudian juga ketika orang mulai berbicara tentang bagaimana seharusnya penguasaan dan kepemilikan sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat hukum adat itu dilindungi oleh undang-undang, maka sekarang juga sebenarnya pemerintah sedang menyiapkan rancangan undang-undang (RUU) untuk memberikan pengakuan dan perlindungan terhadap masyarakat hukum adat. Saya pikir sekarang ini kita akan selalu memberikan dukungan dan kerja-kerja yang semakin konkrit lagi dan apa yang sudah dikerjakan oleh Pt.PPMA dalam rangka mendorong hal-hal yang terkait dengan perlindungan dan pemberdayaan masyarakat hukum adat ini perlu dilakukan dengan satu rencana yang strategis sebagaimana sudah dilakukan sekarang, sehingga kedepan masyarakat hukum adat yang di tanah Papua ini akan medapatkan tempat yang layak ditengah-tengah dinamika dan proses pembaruan serta pembangunan yang sedang terjadi./(Red).

Papua Mempunyai Aset Perempuan yang sangat Besar

Bu Dahniar
Direktur Eksekutif  HuMa
Jayapura_ Setelah mengikuti kegiatan Strategis Planning dan Rapat Umum Anggota (RUA) Perkumpulan terbatas untuk Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat Adat (Pt.PPMA) Papua. Rupanya membawa alur pikir tersendiri bagi Dahniar, direktur Eksekutif HuMa. Ibu Dahniar mengatakan bahwa dalam kegiatan yang diikutinya selama kurang lebih 3 hari ini, ia melihat semangat dari perempuan Papua yang turut berpartisipasi dalam dunia LSM. Ia menambahkan bahwa apa yang dilakukan oleh Pt.PPMA saat ini juga pernah dilalui oleh lembaga yang dipimpinnya saat ini.

 Jadi awalnya terbentuknya HUMA itu juga dari kerja—kerja lapangan yang dilakukan oleh teman-teman dan ada program-program yang direncanakan, makanya saya katakan ini ibaratnya seperti kita menemui saudara yang sudah lama tidak kelihatan, untuk diajak kembali . dan yang kedua yaitu soal harapan..yah..proses ini (strategic Planning), menarik bagi saya..begini..! dalam 2 (dua) hari yang telah kami ikuti disini, teman-teman semua terlibat secara aktif dalam pembagian diskusi besar maupun diskusi-diskusi kelompok untuk meceritakan apa yang dia alami, kemudian berbagi pengalaman dan pengetahuan.  

Yang sangat menarik adalah keterlibatan perempuan, apalagi Ibu Naomi pernah berkata kepada saya bahwa populasi perempuan Papua jauh lebih besar dibandingkan dengan laki-laki, bisa dibayangkan bahwa Papua mempunyai asset perempuan yang sangat besar, katanya kepada redaksi Pt.PPMA pada kegiatan Strategic Planning & Rapat Umum Anggota di Hotel Metta Star, Kota Jayapura.(27/06).

Menurut Dahniar  perempuan-perempuan  Papua (yang hadir/red) mengambil peran yang cukup positif dengan memberikan kontribusi, baik itu pernyataan, menyumbangkan pendapatnya, bahkan mengambil keputusan dalam proses ini. .".itu sudah sangat-sangat luar biasa.
di tambahkan pula saat ini Pt.PPMA memiliki Visi & Misi yang baru dengan penambahaan satu divisi yang secara khusus membidangi Perempuan Adat " ada di visi dan misi lembaga “sangat jarang saya temukan ada laki-laki dan perempuan dalam visi-misinya”."

kemudian yang berikutnya harapan buat teman-teman Pt.PPMA.! RENSRA itu adalah satu bagian saja untuk menuju mimpi yang lebih besar,,jadi..setelah ini, kita sama-sama pastikan  bahwa apa yang kita rancang dengan sebuah jalan menuju mimpi itu bisa terlaksana dengan baik…terlaksana dalam arti kritik yang terjadi dalam proses planning itu jangan diabaikan, tetapi tetap harus dipertimbangkan, kemudian harus punya karakter yang khas..(ciri khas seperti apa.??).jadi apapuan perubahan yang akan terjadi diluar sana tetap direspon tapi tidak kehilangan identitasnya, jangan sampai dia berubah karena tuntutan-tuntutan yang kadangkala tidak prinsip yah. tutupnya. 


Kesejahteraan Mama Papua Belum Sepenuhnya Terpenuhi

Seorang Mama, sedang berjualan di Pasar Remu, Kota Sorong,
Papua Barat
Sorong Papua Barat_ Setelah Lahirnya Undang-undang No.21 tahun 2001 tentang Otonomi khusus bagi Provinsi Papua sebagai bentuk penyelesaian dari berbagai gejolak konflik politik kala itu yang terjadi di tanah air. 
sebagai sebuah tindakan nyata, kepedulian Negara Republik Indonesia kepada rakyat Papua. UU Otsus diharapkan mampu membuang jauh-jauh pradigma buruk Orang Asli Papua terhadap Negara. Dengan hal tersebut masyarakat bumi cenderawasih ini bisa menentukan arah dan tujuan pembangunan sesuai dengan sistemnya sendiri.
Dalam penyelenggaraan Otonomi Khusus  (OTSUS) selama kurang lebih 14 (empat belas) tahun, Terdapat berbagai dinamika sosial, politik, dan ekonomi yang masih simpang siur hingga hari ini.
kesenjangan ekonomi masih menjadi mimipi buruk bagi perempuan Papua. hal ini  dimulai dari kurangnya perhatian Pemerintah, kualitas pendidikan yang masih minim, ketersediaan pasar yang tidak layak, dll. sehingga perempuan Papua masih sulit menempatkan posisinya dalam tingkatan taraf hidup yang baik.
Perempuan Papua sampai hari ini masih menjadi anak tiri yang di abaikan haknya. salah satunya adalah ketika melihat keberadaannya di pasar-pasar tradisional. “Kami selalu di usir-usir kesana-kemari dari pasar bosuesen sehingga hari ini kami harus lebih jauh datang ke pasar remu untuk berjualan” demikian kata salah satu mama yang ditemui di pasar Remu Kota Sorong Papua Barat.


Julianus Yarisetou 

Strategic Planning & Rapat Umum Anggota (RUA) Pt.PPMA Papua tahun 2015



Pengurus  ketika membuka jalannya
kegiatan Strategic Planning & Rapat Umum Anggota
Pt.PPMA tahun 2015
Jayapura_ , berdasarkan kinerja selama lima tahun atau periode sebelumnya telah menghabiskan waktu, tenaga, pikiran serta program-program kerja  melalui isu-isu tentang masyarakat adat di tanah papua, untuk itu tahun 2015 sebagai akhir pelaksanaan program kerja lima tahun maka, Pt.PPMA Papua melakukan Strategic Planning dan juga Rapat Umum Anggota sebagai forum keputusan tertinggi lembaga Pt.PPMA untuk merumuskan kembali setiap kebijakan dan pogram-program kerja lima tahun mendatang.

Strategic Planning atau Rencana Strategis dan Rapat Umum Anggota yang di lakukan Pt.PPMA Papua dengan tema "Penyusunan Program Kerja Pt.PPMA Papua Melalui Isu-isu Strategis di Tanah Papua" dlaksanakan pada tanggal 25 -30 Juni 2015 bertempat di Hotel Metta Star Waena, Jayapura.
Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan instansi Pemerintah Daerah Provinsi Papua, Kabupaten Jayapura, LSM yang berada di Papua dan di luar Papua, Masyarakat Adat, serta para stake holder di tanah Papua. Peserta yang hadir pada kegiatan tersebut, turut memberikan tanggapan, serta gagasan dalam penyusunan porgram kerja Pt.PPMA Papua selama lima tahun kedepan.

Dalam kegiatan ini, pihak Pt.PPMA Papua  menyampaikan terima kasih kepada seluruh tamu undangan, dan  simpatisan yang telah meluangkan waktu  hadir dalam kegiatan tersebut

" Pt.PPMA itu tidak sendiri, dia ada bersama dengan semua saudara-saudara, komunitas-komunitas adat di seluruh tanah Papua, Kita ada karena mereka (masyarakat/red) dan juga kita tidak mungkin buat sesuatu tanpa mereka, karena itu perwakilan yang hari ini datang, selama tiga hari bersama dengan kita disini (strategic planning) dan mencoba merumuskan sesuatu bersama kami, saya sebagai pendiri dan pengurus, menyampaikan terima kasih banyak, karena kontribusimu  itu sangat besar untuk kemajuan lembaga ini (Pt.PPMA) " kata Zadrak Wamebu,SH.MM pendiri sekaligus Ketua Badan Pengurus  Pt.PPMA Papua di sela-sela kegiatan yang berlangsung di Hotel Metta Star Waena, Kota Jayapura.
Perjuangan Masyarakat Adat saat ini dimulai dari suatu proses perjalanan panjang yang kemudian di
finalkan oleh Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN). hingga hari ini kita semua sebagai masyararakat adat bisa diberikan ruang yang lebih baik,, jelas mantan wakil bupati Jayapura tersebut.

Selasa, 15 September 2015

Pt.PPMA Papua Mendorong Ekonomi Perempuan Adat


Naomi Marasian, SE  Direktur Eksekutif Pt.PPMA Papua.

Jayapura_Perkumpulan terbatas untuk Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat Adat (Pt.PPMA) Papua, dalam upaya mengawal serta menguatkan hak-hak dasar masyarakat  adat di tanah Papua, disamping itu juga termasuk kesejaterahan dan kapasitas masyarakat adat yang perlu ditingkatkan secara baik. salah satu upaya yang telah dilakukan  lembaga ini adalah  meningkatkan ekonomi Perempuan adat. Hal ini dilakukan setelah terbentuknya satu devisi lembaga  Pt.PPMA papua yang secara khusus bergerak di bidang penguatan perempuan adat.Fokus kegiatan pengauatan kapasitas perempuan adat ini lebih di orientasi kepada Orang Asli Papua (OAP),  secara khusus yang berada di kampung-kampung. demikian yang disampaikan oleh Naomi Marasian, SE  Direktur Esksekutif Pt.PPMA Papua pada Sosialisasi terkait pembentukan Koperasi di Kampung Besum, distrik Namblong, Kabupaten Jayapura.

“Yah kami sudah lakukan sosialisasi terkait dengan bagaimana membentuk sebuah koperasi yang selanjutnya milik masyarakat adat dalam hal ini perempuan adat. Koperasi yang akan dibentuk ini juga dimaksudakn agar dapat mengakomodir semua hasil-hasil dari masyarakat di kampung, untuk dikelola dan dikembangkan secara bersama-sama di kampung. , mengapa kami menguatamakan peran serta perempuan ? hal ini karena Perempuan Adat selama ini masih kurang mendapatkan kesempatan yang sama dengan laki-laki dalam setiap pengambilan keputusan bahkan tidak selalu aktif dalamsetiap proses tahapan pembangunan yang di laksanakan di kampung, di samping itu juga perempuan adat masih sangat dekat dengan peran dalam ekonomi di dalam keluarga”.jelas Direktur yang juga Perempuan asli lembah grime ini.

Menurut Naomi, selama ini hasil-hasil dari masyarakat adat di kampung sebenarnya sangat banyak dan potensi Sumber Daya Alam sangat melimpah, tinggal bagaimana mereka (Perempuan adat) di berikan kesempatan, pembinaan secara mental maupun skill sehingga mampu untuk mengelola dan memafaatkan potensi-potensi itu dengan baik untuk kesejaterahaan. Naomi berharap dengan lahirnya koperasi ini kedepan perempuan adat secara khsus yang berada di lembah grime diaharapkan mampu mengembangkan dirinya termasuk daya saingnya di dalam dunia pasar.

Kegiatan ini merupakan kerja sama  Kelompok PELANGI KASIH dan Pt.PPMA Papua sebagai mitra masyarakat  Adat di lembah grime.
Naomi berharap dengan lahirnya koperasi ini kedepan perempuan adat secara khsus yang berada di lembah grime diaharapkan mampu mengembangkan dirinya termasuk daya saingnya di dalam dunia pasar.Kegiatan ini merupakan kerja sama  Kelompok PELANGI KASIH dan Pt.PPMA Papua sebagai mitra masyarakat  Adat di lembah grime